TERBANG MENGENGGAM DUNIA
(KUMPULAN 45 SERIAL MOTIVASI)
Bagian V
sumber
1. andrew ho
2. Andrie Wongso
3. Adi W Gunawan
4. Andreas harefa
5. Eni Kusuma
6. Edy Zaqeus
7. Jennis S Bev
Collected by
Parikesit
37. Membangun Integritas
Di sekolah kehidupan saya belajar bahwa setiap orang perlu membangun integritas dirinya, agar ia dimungkinkan membangun integritas kelompok dan organisasi di mana ia berada, yang pada gilirannya dapat pula menyumbang kearah pembentukan integritas masyarakat bangsa. Caranya adalah dengan: pertama, menunjukkan kejujuran dan berani berbicara sesuai kenyataan; kedua, menepati janji atau melakukan apa yang dijanjikan dan tidak membocorkan rahasia; dan ketiga, bertindak konsisten dalam arti menyatukan kata dengan perbuatan.
Di sekolah kehidupan pula saya belajar bahwa secara praktik barangsiapa yang pernah berbohong; atau pernah ingkar janji; atau pernah mengkhianati kepercayaan orang lain, memenuhi syarat untuk disebut munafik. Sebab kawan-kawan muslim mengajarkan kepada saya bahwa tiga ciri manusia munafik adalah: apabila ia berbicara, ia bohong; apabila ia berjanji, ia ingkar; dan apabila ia diberi kepercayaan [amanah], ia berkhianat. Dan saya merasa bahwa penjelasan mengenai tiga ciri kemunafikan itu begitu operasional dan praktis.
Sedemikian operasionalnya pengertian orang munafik di atas, maka setiap orang langsung dapat menjawab apakah ia PERNAH munafik, KADANG-KADANG munafik, SERING munafik, atau SELALU munafik. Ibarat warna, putih seratus persen dapat dianggap simbol orang yang tidak munafik; abu-abu untuk yang PERNAH berbohong; agak hitam untuk yang SERING berbohong; dan hitam legam untuk yang SELALU berbohong.
Apa hubungan antara integritas dan kemunafikan? Mungkin ini, integritas adalah musuh kemunafikan, atau sebaliknya. Artinya, saya tidak bisa membangun integritas sambil mempertahankan kemunafikan saya. Saya harus meninggalkan yang satu untuk mengembang-kan yang lain. Seumpama menentukan arah berjalan, saya tidak bisa memilih ke timur dan barat sekaligus.
Lebih lanjut, pembelajaran di sekolah kehidupan memperhadapkan saya dengan kenyataan ini: tidak sulit untuk bersepakat bahwa integritas adalah salah satu karakter terpuji, sementara munafik adalah salah satu karakter tercela; yang sulit adalah mendemonstrasikan karaker terpuji secara konsisten dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan lain perkataan, menjadi seseorang yang punya integritas tinggi [baca: nyaris tak pernah berdusta; selalu menepati janji dan menjaga rahasia; dan memegang teguh amanah dari orangtua/atasan/ organisasi/dsb], itulah yang sulit.
* * * *
Pada level personal, salah satu kemunafikan yang pernah saya tunjukkan dalam hidup adalah ketika saya mengecewakan harapan orangtua saya [baca; mengkhianati kepercayaan mereka]. Waktu itu saya baru saja menjadi remaja perantauan yang menuntut ilmu di Yogyakarta. Sejumlah uang kiriman orangtua untuk membayar uang sekolah selama satu tahun, saya selewengkan untuk bersenang-senang. Saya pikir hal ini nanti dapat saya atasi dengan membayar secara bulanan dari uang belanja yang dikirim reguler. Nyatanya sampai bulan ke sembilan, saya belum pernah membayar uang sekolah sekali pun.
Pihak sekolah lalu mengirimkan pemberitahuan kepada orangtua saya di Curup, Bengkulu. Menerima surat tersebut, ayah saya berang bukan kepalang. Ia menelepon dan menyuruh saya pulang. Saya ingat kata-katanya yang sangat keras, “Pulang saja kamu. Buat apa sekolah, kalau kamu tidak bisa dipercaya. Jika kamu tak bisa dipercaya, maka kepintaran setinggi apapun yang kamu peroleh akan membahayakan orang lain nanti. Pulang saja kamu, jadi supir angkot disini.”
Andai almarhumah Ibu saya tidak turun tangan, maka boleh jadi sejak saat itu saya tidak akan mendapatkan kiriman uang lagi, kecuali ongkos untuk mudik ke kota kelahiran saya. Untunglah hal itu akhirnya dimaafkan oleh orangtua saya. Dan saya tidak pernah melupakan pelajaran semacam itu.
Pengalaman pahit itu mengajarkan kepada saya bahwa integritas diperlukan untuk mendapatkan kepercayaan pihak lain. Namun, bukan cuma integritas. Untuk dapat dipercaya, saya juga mesti memiliki kecakapan. Dalam kasus saya di atas, kecakapan yang dituntut adalah cakap mengelola keuangan agar dapat memenuhi sejumlah kebutuhan hidup dalam segala keterbatasan yang ada.
Pada level organisasi, soal integritas ini saya pelajari antara lain dari seorang entrepreneur yang bermukim di kota Solo. Namanya Djoenaedi Joesoef, pemilik dan pengelola PT Konimex. Tahun lalu, kantor akuntan public Ernst & Young, menobatkan Pak Djoen sebagai Indonesia Entrepreneur of The Year 2003. Dan dari sejumlah publikasi media saya mengetahui bahwa Pak Djoen menetapkan kebijakan perusahaan untuk membayar semua kewajiban kepada para pemasok di Konimex secara tepat waktu.
38. MEMBANGUN KARAKTER
Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang. Sebab karakter mengandung pengertian (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) reputasi seseorang; dan (3) seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik.
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax, yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain.
Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau ‘berkarakter’ tercela).
Tentang proses pembentukkan karakter ini dapat disebutkan sebuah nama besar: Helen Keller (1880-1968). Wanita luar biasa ini––ia menjadi buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan setelah melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas) kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904–– pernah berkata: “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved.” Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage www.hki.org). Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Selanjutnya, tentang nilai atau makna pentingnya karakter bagi kehidupan manusia dewasa ini dapat dikutip pernyataan seorang Hakim Agung di Amerika, Antonin Scalia, yang pernah mengatakan: “Bear in mind that brains and learning, like muscle and physical skills, are articles of commerce. They are bought and sold. You can hire them by the year or by the hour. The only thing in the world NOT FOR SALE IS CHARACTER. And if that does not govern and direct your brains and learning, they will do you and the world more harm than good.” Scalia menunjukkan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning). Sebab kecerdasan dan pengetahuan (termasuk informasi) itu sendiri memang dapat diperjualbelikan. Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di era knowledge economy abad ke-21 ini knowledge is power.
Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi––meminjam sebuah iklan yang pernah muncul di Harian Kompas–– knowledge is power, but character is more.
Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Ke arah yang demikian itulah pendidikan dan pembelajaran ––termasuk pengajaran di institusi formal dan pelatihan di institusi nonformal––seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas.[aha]
* Andrias Harefa adalah penulis 30 buku laris. Ia dapat dihubungi di: aharefa@cbn.net.id.
39. MEMBANGUN PROFESI LUHUR
Mitos bisnis amoral yang, antara lain, digagas Richard T. De George, merupakan ungkapan keyakinan bahwa bisnis dan moralitas atau etika tidak punya hubungan sama sekali. Istilah "amoral" itu sendiri pertama-tama perlu dibedakan dengan "immoral". Amoral berarti tindakan yang tidak punya sangkut paut dengan moralitas. Jadi, bersifat netral. Tindakan yang amoral tidak bisa dinilai dengan menggunakan ukuran moralitas, tidak bisa dinilai salah atau benar, baik atau buruk secara moral. Sedangkan immoral berarti tindakan yang melanggar atau bertentangan dengan moralitas, sehingga jelas-jelas salah dan patut dikutuk.
Pemisahan bisnis dengan etika dan moralitas pada dasarnya dilakukan karena bisnis dipahami semata-mata dari sudut pandang ekonomi. Dari sudut pandang ini tujuan bisnis adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dan untuk mendapatkan keuntungan tersebut berbagai cara dihalalkan begitu saja, asal dapat memenangkan persaingan dan meraih keuntungan.
Sekalipun mitos bisnis amoral dapat dipahami dengan berbagai asumsi dan argumentasinya, namun hal itu semakin tidak bisa diterima oleh masyarakat dewasa ini. Sebab sudut pandang ekonomi bukanlah sudut pandang satu-satunya dalam memahami bisnis. Apalagi bila bisnis itu ingin disebut sebagai bisnis yang baik, dalam arti ekonomi (baca: menguntungkan), sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (baca: patuh hukum), dan tidak mengakibatkan kerugian pada pihak lain (baca: sesuai etika dan moralitas), sehingga dapat bertahan dalam jangka panjang (baca: ratusan sampai ribuan tahun).
Pemisahan bisnis di satu sisi dan etika di sisi lainnya juga harus ditolak apabila bisnis ingin dikembangkan sebagai suatu profesi luhur di masa depan. Untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah profesi, bisnis perlu dilaksanakan berdasarkan syarat-syarat umum sebuah profesi, yakni: pertama, adanya keahlian, kompetensi, atau kemahiran dan keterampilan tingkat tinggi atau khusus dalam melaksanakan kegiatan usahanya; kedua, adanya komitmen moral yang serius, dan ketiga, dilakukan untuk mencari nafkah. Sebab profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.
Ketiga hal tersebut merupakan persyaratan minimum yang harus dipenuhi agar bisnis dapat menjadi sebuah profesi. Tetapi, untuk dapat menjadi profesi luhur, persyaratan minimum tersebut harus diperkaya dengan pemahaman mengenai etika bisnis yang mencakup prinsip-prinsip yang dijelaskan secara singkat berikut ini.
Pertama, Prinsip Otonomi. Prinsip ini memberikan kebebasan kepada kaum bisnis untuk menjalankan profesinya tanpa campur tangan pihak lain secara langsung (termasuk dan terutama pemerintah). Karena mereka adalah orang-orang yang ahli di bidangnya, maka secara mandiri tanpa dipaksa oleh unsur-unsur di luar dirinya. Kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak secara otonom itu bukanlah kebebasan yang absolut dan tanpa batas. Tapi kebebasan itu perlu karena hanya orang bebas yang dapat diminta pertanggungjawaban atas keputusan dan tindakan yang diambilnya. Dengan kata lain, kebebasan ini memungkinkan adanya proaktivitas, yakni kemampuan mengambil inisiatif (keputusan dan tindakan) dan kemampuan untuk menerima tanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dari keputusan dan tindakan tersebut. Dengan kata lain, kaum bisnis profesional bebas menentukan sepak terjangnya, tetapi tidak bebas dari konsekuensi sepak terjangnya.
Prinsip kedua adalah Prinsip Kejujuran. Kejujuran ini berlaku dalam hubungan intern perusahaan dan dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Kejujuran ini juga penting dan relevan agar dapat diselenggarakannya suatu perjanjian atau kontrak dengan pihak-pihak terkait. Kejujuran inilah yang menumbuhkan kepercayaan, suatu syarat untuk dapat menjalankan bisnis secara profesional.
Prinsip ketiga adalah Prinsip Keadilan. Prinsip ini menjadi panduan dalam hubungan atau relasi internal maupun eksternal dalam berbisnis. Masing-masing pihak wajib diperlakukan sesuai dengan rasa keadilan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakatnya. Perlu diusahakan kepastian bahwa pelaksanaan bisnis tersebut tidak merugikan pihak mana pun.
Prinsip keempat adalah Prinsip Saling Menguntungkan. Prinsip ini mengandaikan bahwa bisnis hanya dapat disebut sebagai bisnis kalau berbagai kegiatannya mendatangkan manfaat bagi semua pihak terkait (para stakeholder, shareholder atau pemilik, manajemen, pemasok, karyawan, pelanggan, ling-kungan sekitar, pemerintah, dan sebagainya.
Prinsip yang kelima adalah Prinsip Integritas Moral. Prinsip ini mencakup pengertian bahwa semua prinsip di atas pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang bersifat tunggal, tak terbagi-bagi, dan saling melengkapi. Pembedaannya hanya berguna dalam rangka menajamkan pengertian dan agar dapat dianalisis. Prinsip ini menjadi panduan internal bagi pelaku bisnis untuk menjaga nama baiknya dan juga nama baik perusahaannya.
Dengan memenuhi syarat-syarat minimum suatu profesi dan memahami serta mempraktikkan prinsip-prinsip etika bisnis di atas, maka bisnis dapat dikembangkan menjadi sebuah profesi luhur, karena pertama-tama dan terutama tidak dijalankan sebagai kegiatan untuk mencari nafkah (keuntungan ekonomis) semata-mata, tetapi lebih dipahami sebagai usaha memenuhi panggilan kemanusiaan dalam bidang bisnis.
Bisnis sebagai profesi luhur pada gilirannya akan ikut menumbuhkan budaya malu dalam masyarakat kita. Atau mungkin lebih tepat untuk dikatakan bahwa perilaku bisnis ikut bertanggung jawab menumbuhkan budaya malu, khususnya dalam berbisnis.
Praktek bisnis hendaknya mampu membuat para penyair menulis puisi "tandingan" untuk menjawab "rintihan" Taufik Ismail, "Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia". Ini sejumlah bait "Bangga Aku Jadi Anak Bangsa Ini", yang bisa kita renungkan:
Di negeriku, persekongkolan bisnis dan birokrasi terkikis arus deras reformasi,Di negeriku, roh profesionalisme bangkit kembali menyongsong matahari, Di negeriku, harga-harga sembako tak lagi membubung tinggi bagai menjemput bidadari,...
Langit akhlak terang, layar terkembang di samudra membentangKutegakkan kepala, kubuka mulut, kuungkapkan nuraniBANGGA AKU JADI ANAK BANGSA INI!
*) Andrias Harefa, Senior Partner Jansen Sinamo WorkEthos Training Center. Dapat dihubungi langsung di: aharefa@cbn.net.id.
40. Membudayakan Disiplin Pada Diri Sendiri
“You don't have to change that much for it to make a great deal of difference. A few simple disciplines can have a major impact on how your life works out in the next 90 days, let alone in the next 12 months or the next 3 years.– Anda tidak perlu berubah drastis untuk menciptakan perubahan besar dalam kehidupan Anda. Tetapi Anda hanya perlu menerapkan sedikit saja kedisiplinan, maka kehidupan Anda akan berubah pada 90 hari mendatang, bukan pada 12 bulan mendatang atau 3 tahun mendatang.” Jim Rohn
Saya sengaja mengutip ungkapan dari Jim Rohn tersebut sebagai pengantar bahwa betapapun kecil kedisiplinan yang kita terapkan dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam kehidupan kita. Bukan hanya Jim Rohn, para motivator dan pebisnis sukses di dunia ini mengungkapkan hal yang senada. Padahal kita semua menyadari bahwa kedisiplinan belum sepenuhnya menjadi budaya masyarakat kita.
Sebenarnya apa arti kedisiplinan sehingga memberikan dampak yang begitu besar? Saya berpendapat bahwa kedisiplinan adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Mekipun pengertian disiplin sangat sederhana, tetapi agak sulit untuk menerapkan konsep-konsep kedisiplinan tadi hingga membudaya kedalam kehidupan kita sehari-hari.
Contohnya mungkin Anda sudah mempunyai rencana-rencana yang ingin Anda wujudkan dalam minggu-minggu ini. Tetapi selepas liburan panjang atau sebab-sebab lain; misalnya sudah puas dengan hasil pekerjaan yang lalu, merasa kehilangan momentum, menyerah, atau meragukan prospek yang tergambar sebelumnya, Anda justru menjadi kurang bersemangat untuk bekerja kembali atau malas untuk memulai dan mengulur-ulur waktu.
Yang pasti banyak faktor yang dapat mengurangi tingkat kedisiplinan kita. Tetapi bukan berarti kita tidak dapat bersikap disiplin. Sedikit demi sedikit kita dapat melatih diri hingga konsep-konsep kedisiplinan itu benar-benar membudaya kedalam kehidupan kita. Saya mempunyai sedikit gambaran mengenai tindakan-tindakan yang dapat memudahkan kita membudayakan kedisiplinan berdasarkan pengalaman dan pengamatan. Bila Anda berhasil melatih diri dengan menjalankan tip-tip di bawah ini, saya yakin Anda sudah mencapai kemajuan yang fantastis.
Tip yang pertama adalah memikirkan apa sebenarnya yang Anda inginkan. Saya yakin kita semua mempunyai banyak sekali keinginan. Putuskan keinginan yang paling memungkinkan Anda wujudkan sebagai target harian. Pastikan setiap hari Anda memiliki suatu target yang realistis, jelas dan spesifik. Pastikan juga Anda sudah berusaha maksimal dan berhasil merealisasikan target-target tersebut setiap hari. Cara ini akan melatih Anda bertindak disiplin, sebab Anda dituntut untuk memprioritaskan aktifitas-aktifitas yang memungkinkan tercapainya target-target tersebut.
Selanjutnya luangkan sedikit waktu untuk orang-orang yang Anda cintai, sedikitnya 5 sampai 10 menit di sela kesibukan setiap hari. Atau bila tidak sempat bertemu secara langsung, Anda dapat memanfaatkan sarana telekomunikasi, misalnya telpon, internet, dan lain sebagainya. Tindakan itu sebenarnya sangat sederhana, tetapi sangat tepat dan bermanfaat tidak saja terhadap hubungan eksternal melainkan memperbaiki hubungan dengan hati serta memenuhi kodrat kita sebagai mahluk yang membutuhkan cinta dan hubungan sosial.
Kemudian bila kita rutin melatih diri dengan berolah raga minimal 2-3 kali seminggu, berarti kita sudah melaksanakan program mendisiplinkan diri. Olah raga rutin menjadikan kesehatan kita membaik. Mensana in corporesano – didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Bila kondisi kesehatan membaik, maka secara otomatis penampilan kita akan lebih bugar, kepercayaan dan tingkat energi kitapun akan meningkat untuk bertindak cepat dan tepat menangkap peluang yang ada. Maka segera putuskan jenis olah raga yang sesuai dengan kesehatan dan kesenangan Anda.
Pengalaman saya selama mengikuti latihan kemiliteran, setiap pagi saya harus bangun pagi dan melakukan marching atau berbaris sambil mengucapkan ‘kiri kanan’ dan lain sebagainya sampai ribuan kali. Saya kira dalam peperangan hanya ada kata membunuh atau dibunuh! Sedangkan latihan fisik, misalnya kegiatan marching seperti itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan peperangan, dimana dalam organisasi itu kami dipersiapkan sebagai pasukan tempur. Belasan tahun berikutnya, saya baru menyadari bahwa proses latihan-latihan fisik tersebut telah menempa sikap mental saya untuk disiplin terhadap waktu serta gigih berjuang hingga menjadi yang terbaik meski harus menghadapi tantangan yang terberat sekalipun.
41. Mendaki Gunung Lempuyang
“Nothing is too high for a man to reach, but he must climb with care and confidence. ~ Tak satu pun terlalu tinggi untuk dicapai, tetapi ia harus mendaki dengan hati-hati dan percaya diri.”~ Hans Christian Andersen
Gunung Lempuyang berada di ujung timur pulau Bali. Di gunung tersebut berdiri salah satu pura tertua di pulau Bali, yang dibangun pada jaman pra-Hindu- Budha. Pura tersebut adalah pura terbesar ketiga setelah pura Besakih dan Ulun Danu Batur.
Lempuyang merupakan akronim dari kata lempu yang bermakna lampu atau sinar dan hyang berarti Tuhan. Lempuyang berarti sinar suci Tuhan yang terang benderang. Ada kisah menarik tentang pura di gunung setinggi 1.174 meter itu. Saya mendengar dari masyarakat di sana tentang sebuah pemotretan di luar angkasa, yang menangkap sebuah sinar yang sangat terang di ujung timur pulau Bali. Sinar tersebut dipercaya berasal dari sebuah pura di gunung Lempuyang.
Saya terkesan mendengar tentang kemegahan dan ketinggian pura itu. Terlebih saya sudah cukup lama tidak pernah mendaki tempat yang cukup tinggi. Saya berpikir mendaki 1.750 anak tangga adalah tantangan sekaligus kesempatan untuk kembali berlatih. Maka saya langsung mengiyakan ajakan lima orang teman di Bali untuk meniti ribuan anak tangga pura tersebut.
Usai memberikan seminar di Singaraja dan Denpasar dalam dua hari, keesokan harinya kami segera melakukan persiapan pendakian. Sepanjang mempersiapkan perbekalan, pikiran saya sibuk membayangkan pemandangan alam dilihat dari puncak salah satu pura tertua di Bali. “Pasti sangat mengagumkan dan luar biasa,” gumam saya dalam hati.
Proses awal ditandai dengan keinginan untuk meniti setiap tangga supaya sampai ke puncak pura. Dibutuhkan tenaga dan semangat luar biasa untuk sampai ke sana. Agar tenaga dan semangat tidak kendor, untuk itu diperlukan sebuah komitmen.
Begitupun dalam upaya berprestasi, sedari awal dibutuhkan komitmen untuk berhasil. Mario Andretti, seorang pembalap mobil, mengatakan bahwa komitmen memungkinkan kita mencapai setiap keberhasilan yang kita inginkan: “Desire is the key to motivation, but it’s the determination and commitment to an unrelenting pursuit of your goal – a commitment to excellence – that will enable you to attain the success you seek.”
Setelah semua perbekalan siap, kami segera berangkat. Kami harus naik ojek untuk sampai di kaki gunung. Setiba di sana, saya takjub pada ketinggian pura. “Apa mungkin saya bisa sampai ke puncak pura?” batin saya. Komitmen untuk menaklukkan gunung tersebut membuat kami tak menunggu lebih lama untuk segera memulai proses pendakian.
Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan adalah bagian yang tak terpisahkan untuk bisa sampai ke puncak pura Lempuyang. Sepatu olahraga dan minuman adalah dua bagian penting dari keseluruhan persiapan pendakian. Begitupun untuk meraih keberhasilan, dibutuhkan persiapan. Lucius Annaeus Seneca mengatakan: “Luck is what happens when preparation meets opportunity. Keberuntungan akan terjadi ketika persiapan yang sudah matang bertemu dengan kesempatan.”
Setelah itu, menciptakan strategi adalah bagian penting dalam proses pendakian. Kami membagi pendakian menjadi empat bagian. Proses pendakian mungkin sama, di mana secara fisik dan mental kami benar-benar diuji. Tetapi dengan menerapkan strategi tersebut membuat kami bisa memfokuskan energi dan kekuatan pada setiap bagian. Meskipun cukup melelahkan, tanpa terasa akhirnya kami berhasil melintasi bagian-bagian terakhir.
42. Mengapa Kita Harus Menunda Kenikmatan Hidup?
Semua orang tentu sangat mendambakan kebebasan keuangan. Sayapun terinspirasi untuk menulis sebuah buku yang mengulas cara mendapatkan kebebasan uang, yang mengungkapkan pola memanajemen keuangan. Banyaknya orang yang sulit menjadi kaya meskipun penghasilan mereka tidak sedikit merupakan ide dasar yang membangun keinginan saya menulis buku tersebut.
Sebenarnya kebebasan keuangan menurut saya tidak hanya berkaitan dengan uang. Tetapi suatu kebebasan untuk tidak menjadi budak uang. Semua orang juga bisa mendapatkannya. Beberapa langkah menuju kebebasan keuangan yang paling efektif pada intinya adalah berusaha menunda kenikmatan hidup untuk sementara waktu saja.
Memang tidak ada cara mudah untuk mendapatkan kebebasan keuangan. Kata Bererly Sills, “Tidak ada jalan pintas kemanapun juga yang pantas dilalui.” Satu-satunya jalan adalah berusaha dan bekerja sekeras mugkin. Hasrat untuk mendapatkan kebebasan itupun sebenarnya merupakan anugrah dari Tuhan YME agar kita mau berusaha mewujudkan diri sebagai yang terbaik dan mencapai yang terbaik pula.
Pendapat Donald Kendal berikut ini turut mempertegas supaya kita senantiasa giat dalam bekerja. “Satu-satunya tempat dimana kesuksesan datang sebelum kerja hanya ada di dalam kamus,” katanya. Karena itu, kita harus segera meninggalkan zona nyaman. Berusaha keras, dan tentu saja dengan menghadapi tantangan yang ada, lebih menjamin kita berada lebih dekat dengan kesuksesan. “A step to hardworking can lead to a step of a thousand successes. – Sebuah langkah kerja keras menjadikan kita selangkah lebih dekat dengan ribuan kesuksesan,” tegas Jennifer Amafibe.
Setelah bekerja keras itu, mungkin penghasilan kita tidak seketika membebaskan kita dari masalah keuangan. Tetapi melakukan langkah pengendalian merupakan langkah terbaik untuk memulai menjadi seorang yang bebas masalah keuangan. Langkah pengendalian yang harus kita lakukan adalah mengontrol pengeluaran supaya lebih rendah dari pendapatan, menabung dan mengurangi hutang.
Mengontrol pengeluaran sangat penting, bahkan sebelum kita bekerja mencari uang. Tidak perlu tergoda untuk membelanjakan uang setelah mendapatkan sedikit saja tambahan. Misalnya saja setelah mendapatkan bonus ataupun THR langsung mengganti TV lama dengan yang baru atau menukar sofa yang lama dengan yang lebih baru. Jangan membiarkan nafsu untuk membeli hingga uang Anda benar-benar habis. Sebab pengeluaran yang tidak terkontrol dapat menimbulkan semakin banyak biaya dan hutang yang menumpuk.
Hidup sederhana sangat efektif mempermudah kita mengontrol pengeluaran. Pengeluaran yang lebih rendah dari pendapatan akan meningkatkan kerja mesin pertumbuhan ekonomi kita. Selanjutkan kesederhanaan itupun menciptakan kualitas kehidupan yang lebih damai dan membahagiakan.
Hal itu sudah terbukti pada sebagian besar milyuner di negara-negara maju. Meskipun mereka bebas dari masalah keuangan, tetapi kehidupan mereka penuh dengan kesederhanaan. Dalam buku The Millionaire Next Door dikatakan bahwa mereka hidup below their means. Artinya, mereka hidup sangat sederhana, jarang membeli mobil atau rumah baru. Sehingga disamping mereka bebas masalah keuangan apalagi hutang, mereka juga benar-benar menikmati kehidupan ini.
43. MENGAPA LIBURAN PERLU
Beristirahat sejenak menjadikan kita mampu menempuh perjalanan lebih jauh.
Sebuah penelitian tentang perilaku manusia menyatakan bahwa rata-rata manusia menghabiskan waktu 25 tahun untuk tidur. Sedangkan 8 tahun lainnya untuk menyelesaikan pendidikan formal, 6 tahun untuk istirahat atau sakit, 7 tahun untuk liburan dan rekreasi. Sementara, 5 tahun waktu manusia habis untuk berkomunikasi, 4 tahun untuk makan, dan 3 tahun untuk melakukan persiapan semua aktivitas tersebut.
Tetapi pada perkembangan selanjutnya, manusia modern saat ini cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Kecenderungan tersebut terjadi dikarenakan desakan era yang serba cepat dan persaingan yang ketat. Persepsi manusia terpola bahwa kehidupan akan lebih berarti jika setiap detik waktu dimanfaatkan hanya untuk bekerja. Tak ada jeda waktu istirahat dianggap lebih efektif, karena jeda waktu istirahat apalagi berlibur dianggap sebagai pemborosan, membosankan, merugikan, dan persepsi negatif lainnya.
Bagi saya, era yang menuntut kita bergerak serba cepat bukan berarti kita tak membutuhkan jeda waktu untuk istirahat. Manusia memerlukan waktu istirahat untuk mengumpulkan energi supaya dapat menjalankan tugas berikutnya dengan lebih baik. Pada kenyataannya memang saya rasakan bahwa waktu liburan membuat saya lebih segar sehingga bersemangat bekerja dan lebih produktif.
Contohnya liburan pada hari Lebaran tahun ini sengaja saya habiskan bersama keluarga. Kurang lebih 10 hari, saya juga melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan para ibu rumah tangga, di antaranya membersihkan rumah, mencuci piring, membantu istri memasak, dan lain sebagainya. Sementara anak-anak saya memasak makanan favorit mereka. Ternyata mereka juga gemar membuat makanan dan es krim. Saya merasakan suasana dalam keluarga semakin mesra dan hangat.
Selama liburan kami benar-benar menikmati situasi yang berbeda. Kami sekeluarga melakukan berbagai aktivitas di luar rutinitas sehari-hari. Saya setiap pagi berolahraga, bermain bersama anak-anak, mengajak anak-anak bermain air di Waterbom Jakarta, nonton film, makan dan minum kopi di Starbucks. Liburan membuat kami memiliki kesempatan lebih banyak untuk beristirahat dan menyegarkan pikiran
Selama liburan saya juga mempunyai banyak waktu untuk menikmati film-film kesukaan. Banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dari aktivitas tersebut, selain menghilangkan penat, saya pun memetik pelajaran hidup, motivasi, ide, ataupun inspirasi. Ternyata banyak nilai-nilai kehidupan yang penting, dan liburan membuat saya memiliki cukup waktu untuk introspeksi diri, belajar, memikirkan dan berusaha lebih baik di masa berikutnya.
Sementara itu, liburan membuat saya memiliki waktu untuk bersantai. Di saat seperti itu tiba-tiba saya kembali mengingat kenangan, kerabat dan teman yang telah lama terlupakan lantaran terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas. Saat itulah saya mencoba menjalin kembali kominikasi. Alhasil terjalin lagi persahabatan dan terajut lagi kebahagiaan seperti yang telah kami lalui dulu.
Bagi saya, jeda waktu untuk beristirahat merupakan kesempatan yang luar biasa dalam proses perjalanan kehidupan ini. Saya menganggapnya penting, karena nilai sebuah kehidupan bukanlah sekadar mengejar materi melainkan pentingnya berhenti sejenak untuk menikmati keindahan, introspeksi, dan bersyukur. Sehingga pada tahap selanjutnya, semangat, efektivitas dan produktitas kerja kita meningkat.
Ternyata liburan juga memiliki banyak sekali manfaat unik yang tak hanya kami rasakan. Sudah banyak orang yang melakukan penelitian tentang manfaat liburan dan menyatakan manfaat liburan bagi kesehatan dan keuntungan-keuntungan lain yang bisa kita dapatkan. Salah satunya adalah Linda Hoopes dan John Lounsbury, peneliti Departemen Psikologi Universitas Tennessee, yang menyatakan bahwa kepuasan hidup akan meningkat setelah liburan.
Itulah mengapa liburan selalu menjadi saat yang ditunggu, bahkan banyak orang sengaja menjadwal liburan dalam periode waktu tertentu. Jika Anda merasa penat tidak bersemangat dan kurang produktif, segeralah merencanakan sebuah liburan. Semoga Anda mendapatkan semua manfaat liburan.[aho]
* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku best-seller
44. MENINGKATKAN RASA SYUKUR
“O Lord! that lends me life, Lend me a heart replete with thankfulness! – Oh Tuhan yang telah memberiku kehidupan, Berikanlah hamba hati yang penuh dengan rasa syukur!”~ William Shakespeare (1564-1616)Penyair, Penulis Drama, dan Seniman
Realitas yang kita hadapi memang seringkali tidak sesuai dengan harapan. Banyak impian yang belum terwujudkan sesuai dengan keinginan. Tekanan dan tantangan hidup kian memancing kita untuk lebih sering mengeluh daripada bersyukur. Berikut ini kisah yang menginspirasi agar kita meningkatkan rasa syukur.
Diceritakan tentang seorang pengemis buta. Ia memegang sebuah papan kecil. “Saya buta, tolong bantuan!” bunyi tulisan itu. Sedihnya, banyak orang yang sudah berlalu lalang di depannya, tetapi sangat sedikit orang yang rela membagikan recehan mereka kepada pengemis tersebut.
Seorang pemuda memAndang penuh iba, lalu berinisiatif mengganti tulisan di papan tulis tersebut. Tak berselang lama, hampir semua orang yang lewat selalu membagikan uang mereka. Sungguh dahsyat kekuatan kalimat yang ditulis pemuda itu sehingga membuat hati banyak orang tersentuh. “Hari ini sangat indah sekali, tapi saya tidak bisa lihat,” itulah bunyi kalimat tersebut yang penuh dengan rasa syukur.
Dari kisah tersebut saya ingin mengatakan bahwa sikap dan kata-kata yang muncul dari hati penuh rasa syukur akan berbeda. Sikap dan kata-kata itu akan terasa lebih indah, lebih menyentuh, dan lebih dahsyat kekuatannya. Itulah mengapa kita perlu membiasakan diri bersyukur kepada Tuhan YME setiap hari atas segala yang kita miliki, entah berupa kebahagiaan, kesedihan, keberhasilan, maupun batu sandungan, dan lain sebagainya.
Bersyukur berarti berterima kasih kepada Tuhan YME atas nikmat dan kemurahan-Nya. Kalaupun harus menerima cobaan dalam bentuk kesulitan, hati yang penuh rasa syukur akan berusaha memperhatikan orang yang dalam keadaan lebih sulit atau mahkluk Tuhan YME lainnya. Pada saat itulah kita dapat merasakan sudah mendapatkan nikmat tidak terhingga dan merasa jauh lebih beruntung.
Contohnya cobalah Anda bandingkan kehidupan Anda sendiri dengan kehidupan burung yang setiap pagi terbang meninggalkan sarangnya untuk mencari makan. Hari ini burung pulang dengan perut kenyang. Esok mungkin dia kembali dengan perut agak kenyang. Tak jarang seharian tidak mendapatkan makanan dan kembali pulang dengan keadaan perut kosong. Tetapi ia tidak pernah malas atau mengeluh, meskipun kehidupannya setiap hari tidak menentu, penuh dengan tantangan bahkan ancaman.
45. MENJADI PEMIMPIN SEJATI
“Seorang pemimpin adalah seseorang yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, yang melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum yang lainnya melihat.” Levoy Eims, penulis buku Be The Leader You Were Meant To Be.
Levoy Eims mencoba memberikan gambaran tentang seorang pemimpin sejati. Kita semua sangat membutuhkan seorang pemimpin sejati guna membangun budaya positif, kemajuan dan prestasi dalam berbagai bidang kehidupan; misalnya dalam bisnis, organisasi atau sosial masyarakat. Melalui kisah tentang dua orang penjelajah kutub selatan berikut ini kita akan mencoba meneladani bagaimana sosok pemimpin sejati yang sesungguhnya.
Dikisahkan bahwa kutub utara telah berhasil ditahklukkan pada tanggal 6 April 1909 oleh kelompok penjelajah pimpinan Robert E. Peary (1856-1920) asal Amerika. Berita tentang keberhasilan penjelajahan tersebut segera tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dua orang diantaranya tertarik untuk menahlukkan kutub selatan, yaitu Roald Amundsen (1872-1928) dari Norwegia dan seorang pejabat angkatan laut Inggris, Kapten Robert Falcon Scott.
Kedua orang tersebut berkeinginan untuk mencapai kutub selatan dari rute yang berbeda. Dikisahkan bahwa tim penjelajah dibawah pimpinan Roald Amundsen berhasil mencapai kutub selatan pada tanggal 14 Desember 1911, atau satu bulan lebih cepat dari tim penjelajah pimpinan Robert Falcon Scott. Selanjutnya tim penjelajah pimpinan Amundsen berhasil kembali pulang dengan selamat. Sedangkan berita menyedihkan datang dari tim penjelajah pimpinan Scott, karena semua anggota tim termasuk dirinya sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan.
Mengapa dapat terjadi, dua tim yang sama-sama menghadapi tantangan berat selama menembus kutub selatan mencapai hasil yang bertolak belakang? Banyak kalangan menilai bahwa kegagalam tim Scott maupun keberhasilan tim Amundsen sangat ditentukan oleh pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka. Dari sanalah kita mencoba mencermati bagaimanakah pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka untuk mengetahui apakah mereka termasuk pemimpin yang ideal atau tidak.
Di Inggris, Scott dikenal mempunyai kemampuan memimpin yang luar biasa. Visi dan misi yang ingin ia capai bersama tim penjelajah juga jelas, yaitu mencapai kutub selatan dan pulang dengan membawa keberhasilan. Untuk mencapai visi dan misi tersebut ia juga melakukan berbagai persiapan.
Diceritakan bentuk persiapan Scott antara lain adalah menyediakan sebuah kereta luncur bermesin ditambah dengan beberapa ekor anak kuda. Ia bersama timnya juga menyediakan pos-pos persediaan makanan di sepanjang rute yang akan mereka lalui. Tetapi bagaimana kelanjutan kisah mereka dan penyebab utama sehingga semua anggota tim termasuk Scott sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan?
Semua kisah dan kendala yang harus mereka hadapi terungkap dalam surat-surat tulisan Scott yang diketemukan di dalam tubuhnya beberapa bulan setelah kematiannya. Surat-surat tersebut kemudian disimpan oleh Philippa Scott, putra tunggal Scott. Philippa Scott yang meninggal dunia pada tahun 1989 itu menghadiahkan surat-surat milik Scott kepada Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge.
Minggu, 07 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kok Rapid Test Bayar?
Kok Rapid Test Bayar? Ada hal yang membuat saya sedikit heran akhir-akhir ini, yakni soal rapid test. Logika saya sederhana? Mengapa kit...
-
Ideal Partner in The Turbulent World Talking about ideal partner is closely linked with subjective feeling. It depends on perception which i...
-
Memperingati hari anti-korupsi, sy menemukan file video lama yg ternyata meninggalkan value dan spirit anti-korupsi. Sedikit cerita soa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar