Udayana
Book Store:
Saatnya
Memulai Langkah Pertama
IGN Parikesit Widiatedja
Dosen Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Saat ini studi di School of Law
University of Washington
Jalinan Sinergi
Pendidikan-Buku-Toko Buku
Mungkin telah lebih dari ribuan tulisan
yang mengupas maha pentingnya pendidikan. Berbagai pendapat pun
dilontarkan oleh kalangan dari berbagai
disipln ilmu. Sekedar berbagi, Aristoteles dan
Ki Hajar Dewantara mengemukakan
bahwa ikhtiar perbaikan
masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memperbaiki sistem
pendidikan. Paulo
Freire memaknai pendidikan sebagai upaya
untuk membebaskan rakyatnya dari keadaan tertindas. Jean J.
Rosseau bahkan menyatakan bahwa semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan
kita ketika lahir, hanya akan terpenuhi melalui pendidikan. Conrad T Van Deventer lantas
menyatakan Pendidikan sebagai landasan pertama seseorang untuk meraih
cita-cita, Hingga pada I.H Abendonan yang menyatakan bangsa yang maju adalah
bangsa yang mengutamakan pendidikan.
Di Indonesia, pemangku kepentingan
pun nampaknya memiliki komitmen untuk memprioritaskan pendidikan. Ikhtiar yang
dimulai dengan proporsi pendanaan yang
meningkat, peningkatan infrastruktur dan suprastruktur pendidikan, perumusan
dan pelaksanaan beragam kebijakan
pendidikan. Tak hanya itu, berbagai fórum pertemuan, seminar, simposium,
lokakarya dsg telah seringkali diadakan hanya untuk mencapai kata sepakat bahwa
sektor ini memang menjadi kunci sukses peradaban manusia. Mereka
(semoga) menyadari bahwa bangsa-bangsa yang menguasai pendidikan umumnya menunjukkan hegemoninya dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa perguruan tinggi menjadi lini penopang keberhasilan
pembangunan dan pengembangan pendidikan di Indonesia. Dengan fungsi Tri Dharma
yang dimiliki, ia memiliki andil yang kontributif dalam mencetak dan
menghasilkan generasi-generasi penerus yang cerdas, keratif, dan berintegritas.
Proses ini tentu akan sangat ditentukan dengan alih atau transfer pengetahuan, teknologi,
ketrampilan, hingga nilai-nilai yang didapatkan oleh para mahasiswa. Semakin
baik proses integratif tersebut berjalan, hasilnya pun akan semakin baik. Tentu
pada gilirannya ini akan semakin mendekatkan kenyataan untuk menjadi world class university.
Buku menjadi salah satu pipa penyalur keberhasilan
proses transfer pengetahuan, tekenologi, keterampilan, dan nilai-nilai. Jika
diibaratkan, pendidikan lebih bernuansa konseptual-filosofis, dan buku sebagai tataran
yang bersifat praktikal-sosiologis. Di tengah kecanggihan teknologi,
khususnya dibidang komunikasi dan informasi, buku tampaknya menjadi media paling
sederhana namun efektif dalam proses transfer di atas. Bagi kalangan
intelektual, buku pun merupakan penanda
utama atau swadharma yang membedakannya dari kalangan lainnya. Disamping itu
mengutip pendapat Arthur Schopenhaver, buku akan menetralisir ketimpangan
peradaban sekarang ini dimana manusia lebih bergairah menjadi orang kaya
ketimbang orang berbudaya.
Buku juga telah teruji sebagai media
lintas generasi yang sangat efektif. Guratan pemikiran-pemikiran orang-orang
besar dijamannya terdokumentasikan secara rapi dan sistematis. Apa yang menjadi
pemikiran Plato, Aristoteles, Von Savigny, Hans Kelsen, Soekarno, Hatta,
hingga Satjipto Rahardjo begitu lestari dan
abadi, bahkan kita serasa dekat apabila
sering membaca dan mengutip ide dan pemikiran tokoh-tokoh tersebut melalui
tulisan kita. Mereka telah terbukti mampu menyambung usia melalui karya-karya
inspiratif yang dilahirkan dan terdokumentasikan dalam sebuah buku. Demikian
halnya dengan pemikiran-pemikiran tokoh besar di era millennium ini, hanya
dengan buku apa yang menjadi pemikiran mereka akan terwariskan kepada
generas-generasi mendatang bahkan hingga seribu tahun kedepan.
Berangkat
dari pemahaman diatas, nampaknya kita perlu menyimak salah satu unsur penunjang
yang eksistensinya belum mendapatkan perhatian yang serius. Tidak dapat
dipungkiri bahwa keberadaan Toko Buku di Indonesia masih kalah jauh dari
toko-toko yang lebih menjual produk-produk komersial yang bersifat konsumtif
dan pragmatis. Kalangan perguruan tinggi, tempat berkumpulnya para ahli-ahli
yang juga dapat bertindak sebagai produsen tulisan sebagai bahan baku utama
suatu buku, juga belum memperhatikan urgensi keberadaan suatu toko buku universitas
(University Book Store). Kita bisa
menghitung dengan jari berapa banyak perguruan tinggi baik negeri ataupun
swasta di Indonesia yang memiliki toko buku universitas yang layak dan
representatif.
Adakah yang menyadari bahwa toko buku memegang peran yang
sangat penting sebagai inisiator dan fasilitator berlangsung proses transfer
pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan nilai-nilai melalui buku?. Laksana sebuah bank, ia sejatinya memegang
fungsi intermediasi dalam menghimpun beragam buku yang berasal dari penulis yang notabene berasal
dari ahli-ahli perguruan tinggi dan penerbit buku, untuk kemudian disalurkan
kepada masyarakat. Tidak hanya itu, kehadiran toko buku menjadi bukti komitmen
bagi pelaksanaan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi, kehadirannya menjadi media
efektif untuk mendekatkan kalangan akademis dan masyarakat serta menghindari
kesan mercu suar perguruan tinggi yang telah terdeteksi sejak puluhan tahun
silam.
University
Book Store: sejarah, manfaat, dan
kontribusinya bagi universitas
Sebagai perbandingan,saat
melangkahkan kaki pertama kali di University
of Washington, Seattle, penulis cukup tercengang dengan kehadiran suatu
bangunan besar yang berada di lokasi yang sangat strategis. Setiap pengunjung
yang melewati wilayah University of
Washington, pasti melewati toko ini mengingat lokasinya berada di jalan
yang menjadi akses utama menuju universitas. Bangunan yang berdiri diatas tanah seluas 50
are tersebut ternyata merupakan University
Book Store of University of Washington. Jika dibandingkan dengan toko-toko
yang berada di sekitarnya, bangunan ini merupakan bangunan yang terbesar. Tidak
hanya itu, University Book Store
ternyata memiliki lima toko cabang yang berada di wilayah yang berbeda-beda. Mungkin
inilah yang menjadi faktor universitas
ini mendapatkan posisi ke-16 sebagai universitas terbaik di dunia pada 2012. (http://www.shanghairanking.com/ARWU2012.html)
Dari sejarahnya University Book Store of University of Washington
telah berdiri sejak 10 Januari 1900. Toko ini berdiri kurang lebih 39 tahun
setelah lahirnya University of Washington
pada 1861. Toko ini pun mengalami era pasang surut sebelum menjadi besar
seperti sekarang. Pada tahun 1924 dan 1927, diadakan proses renovasi dan
perluasan area gedung. Pada tahun 1930, masa dimana resesi ekonomi dunia, toko
ini mengalami era suram dan nyaris bangkrut. Untuk menyelamatkan keberadaannya,
pihak pengelola harus meminjam 50.000 U$ kepada empat bank besar di Amerika. Pada tahun 1961, mereka
pada akhirnya mampu membuka toko cabang yang pertama dan dilanjutkan pada
cabang yang kedua pada 1969. Empat toko cabang berikutnya masing-masing dibuka
pada tahun 1987 yang terletak di Downtown Belleveu, 1991 yang terletak di
Bothell dan Tacoma, hingga yang terbaru
pada tahun 2004 di Mill Greek Town Centre.
(http://www.bookstore.washington.edu/home/images/pdf/ubs_history_2012_09_06.pdf)
Dari status badan hukum, University Book Store merupakan badan hukum
yang berbentuk sejenis Perseroan Terbatas yang sahamnya dimiliki oleh seluruh
civitas akademika University of
Washington. Dari struktur organisasi, institusi ini memiliki sebelas anggota dewan perwalian (board of trustee)yang anggotanya
terdiri dari lima perwakilan mahasiswa, lima perwakilan fakultas, dan satu chief executive officer dari University Book Store. Dalam tataran
manajamen, mereka dipimpin oleh satu chief
executive officer, satu director of
finance, satu director of human
resources dan satu director
operations.
Berbagai produk dijual dalam toko buku ini antara
lain: buku popular, buku Teks,
ensiklopedia, majalah, surat kabar, perlengkapan kantor, perlengkapan sekolah, perlengkapan
rumah tangga, peralatan musik, peralatan olahraga, permainan anak-anak,
peralatan computer, dan berbagai merchandise
dan accesories University of
Washington seperti jaket, t-shirt, polo-shirt, mug, dll yang tersedia bagi
kalangan dewasa dan anak-anak hingga pet accessories.
Sementara fasilitas pelayanan yang diberikan antara lain: on-phone order, online order, pick up store, used books seller dan
services for disable students.
Menurut Louise Little, Chief Executive Officer University Book
Store, dalam setiap tahunnya, toko buku ini mampu menghasilkan
-
Total
penjualan atau omzet yang mencapai menjapai 28 Juta U$;
-
Alokasi
pemberian dana bagi pemberian diskon kepada pelanggan yang jumlahnya mencapai 1
Juta U$;
-
Alokasi
Pemberian beasiswa kepada mahasiswa University
of Washington sejumlah 750 ribu U$;
-
Sumbangan
kepada pihak rektorat University of
Washington sejumlah 1 Juta U$;
-
Sumbangan
sejumlah 2 juta U$ yang diwujudkan dalam pemberian subsidi bagi pembelian
buku-buku teks oleh seluruh mahasiswa University
of Washington.
-
Sumbangan
sejumlah 1 Juta U$ yang dialokasikan bagi program kegiatan mahasiswa
-
Pendanaan
pelaksanaan even-even ilmiah yang tiap tahunnya berjumlah sekitar 450 even.
-
Pemberian
subsidi sejumlah 1 Juta U$ yang dialokasikan bagi pembelian produk hardware dan software komputer seluruh mahasiswa University of Washington
Udayana Book Store:
Saatnya memulai langkah pertama
Tentu tidaklah bijak apabila kita
mencontoh tanpa melihat potensi, jati diri, karakter, dan kemampuan kita sendiri. Kendatipun demikian, tidak dapat dipungkiri keberadaan university book store sesungguhnya
memberikan manfaat yang luar biasa bagi seluruh civitas akademika itu sendiri.
Sudah selayaknya Universitas Udayana sebagai perguruan tinggi tertua, terunggul
dan terpopuler di Bali memiliki sebuah university book store yang menjadi
etalase konkrit hasil karya-karya atau produk unggulan Udayana.
Bagi universitas, keberadaan toko
ini tentu menjadi bukti komitmen
peningkatan budaya akademik di lingkungan internal Universitas Udayana sebagai
bagian dalam mewujudkan mimpi world class
university. Tidak hanya itu, melalui pengelolaan yang mensinergikan prinsip good governance dan good corporate governance, eksistensinya
akan menjadi sumber pendapatan baru yang potensial terlebih di era pengelolaan
berbasiskan badan layanan umum (BLU). Tentu pada gilirannya, eksistensi toko
buku ini akan meningkatkan kapasitas dan memobilisasi seluruh sumber daya yang
tersedia yang pada glirannya akan meningkatkan kesejahteraan dari seluruh
civitas akademika.
Bagi dosen, peluang untuk
mempubikasikan karya nya pun akan semakin luas. Dosen Universitas Udayana pun
akan tertantang dan tercambuk untuk selalu produktif dalam menghasilkan
karya-karya ilmiah yang nantinya akan menjadi produk unggulan Udayana Book Store. Tentu dengan semakin
banyaknya karya-karya ilmiah yang dihasilkan, nama Universitas Udayana pun akan
terangkat dengan sendirinya. Mengapa kita begitu familiar dengan Harvard
University, Yale University, Oxford University?
Tentu tidak lain karena karya-karya ilmiah yang dihasilkan.
Bagi mahasiswa, seperti yang
terjadi di University of Washington,
kehadiran University Book Store ternyata memberikan segudang
kemudahan bagi mahasiswa. Tidak hanya mampu memberikan dana beasiswa tiap tahun
yang sangat meringankan beban mahasiswa, mereka mampu memberikan subsidi harga
untuk setiap pembelian seluruh buku
teks, dan peralatan komputer oleh seluruh mahasiswa. University Book Store pun mampu memberikan pendanaan untuk kegiatan
ilmiah kemahasiswaan.
Yang harus kita sadari keberadaan
university book store nantinya tidak terjebak dalam kalkulasi untung-rugi
ekonomi semata sehingga justru bersifat kontradiktif dengan visi dan orientasi
pendidikan nasional. Tentu kita sepakat bahwa keberadaanya akan menjadi batu loncatan
bagi upaya penciptaan, pembangunan, dan pembangunan karakter intelektual,
karena proses ini harus dilakukan secara
terencana, terukur, konsisten dan berkelanjutan. Dan setelah itu, terciptanya
budaya akademik menjadi buah manis yang kita petik. Jika kita perhatikan, Negara-negara maju yang
ada di planet ini adalah Negara-negara yang menjadikan pendidikan sebagai suatu
budaya.
Memang ribuan jarak harus dimulai
dengan satu langkah, dan belumlah terlambat untuk memulai langkah tersebut.
Memulai ikhtiar untuk menjadikan buku sebagai budaya dengan mendirikan suatu university book store. Tentu yang perlu
ditekankan bahwa tidak perlu berpikir untuk langsung mendapatkan yang terbaik
di masa sekarang tetapi bagaimana kita mampu memberikan pondasi intelektual
yang lebih kuat untuk generasi mendatang.