TERBANG MENGENGGAM DUNIA
(KUMPULAN 45 SERIAL MOTIVASI)
Bagian IV
sumber
1. andrew ho
2. Andrie Wongso
3. Adi W Gunawan
4. Andreas harefa
5. Eni Kusuma
6. Edy Zaqeus
7. Jennis S Bev
Collected by
Parikesit
28. Kehidupan Baru Dimulai Umur 40 Tahun
“A man is not old until regrets take the place of dreams. – Manusia tidak menjadi tua sampai penyesalan menggantikan impiannya.”Mark Twain, dalam suratnya kepada Edward L. Dimmitt, tertanggal 19 Juli tahun 1901.
Usia bukanlah faktor penentu kesuksesan atau kebahagiaan seseorang. Pertambahan usia tidak mengurangi semangat ataupun membuat hati saya risau. Sampai suatu ketika saya disapa om (paman) oleh seorang anak kecil. Saya membatin, “Rupanya pertambahan usia sudah terlihat dalam penampilan saya.”
Apalagi sejak memasuki usia 40 tahun, saya merasa energi dan stamina mulai menurun. Padahal sebelumnya saya masih merasa segar meskipun sudah memandu sebuah seminar yang diselenggarakan selama selama 2 hari 1 malam. Penurunan fungsi organ tubuh juga saya rasakan ketika membaca buku tiba-tiba hurufnya kabur. Setelah saya angkat agak jauh barulah kelihatan.
Saya terpaksa berobat ke dokter spesialis mata. Tetapi dokter menyatakan saya harus mengenakan kacamata plus ukuran 1,5. Ketika saya bertanya apakah ada alternatif lain untuk memperbaiki kondisi mata saya, misalnya operasi atau terapi? Dengan santai tetapi tegas dokter itu menjawab tidak bisa. Jawaban itu seketika membuat saya seakan-akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Kemudian salah seorang teman saya mengomentari, “Nasi sudah jadi bubur, mata basi sudah jadi kabur. Kehidupan dimulai di usia 40 berarti mulai budek (kesulitan mendengar), mulai pikun, mulai terserang tekanan darah tinggi, mulai cepat lelah, mulai cepat bingung, mulai begini begitu!” Di samping berkurangnya fungsi organ tubuh, tanggung jawab di usia 40 tahun juga semakin besar entah sebagai orang tua, anak, dan pasangan. Apakah ungkapan yang menyatakan bahwa kehidupan dimulai di usia 40 hanyalah slogan belaka untuk menutupi rasa frustasi karena kebutuhan semakin besar sedangkan pendapatan menurun, atau hanya untuk menghibur diri karena diliputi kekhawatiran akibat pertambahan usia dan penurunan fungsi organ tubuh serta penampilan?
Suka atau tidak suka itulah kenyataan yang harus saya terima. Tetapi saya tidak pasrah begitu saja, karena pasti ada hikmah dibalik semua itu. Pepatah mengatakan, “Every adversity, every failure, every heartache carries with it the seed on an equal or greater benefit. Setiap tantangan, kegagalan, dan kesedihan menciptakan awal keberuntungan yang luar biasa.”
29. Kekuatan Impian
The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.-- Eleanor Roosevelt --
Masa depan hanyalah milik orang-orang yang percaya akan keindahan mimpi-mimpi mereka.
Impian adalah ambisi dari dalam diri manusia yang menjadi penggerak untuk maju. Impian merupakan hasrat yang akan menggerakkan manusia untuk mewujudkannya. Dunia ini bertumbuh dengan peradaban yang lebih tinggi dan tehnologi yang lebih hebat itu berkat impian orang-orang besar. Orang-orang besar itu adalah para pemimpi.
Menurut Francis Ford Coppola, “It was the man’s dream, and his inspiring attempt to make them come true that remain important. – Itu mimpi manusia yang terpenting, dan upayanya yang inspiratif mengupayakan mimpi itu menjadi kenyataan.” Kemajuan kehidupan saat ini merupakan hasil impian generasi pendahulu kita.
Mereka yang tidak mempunyai impian meninggalkan banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan. Hasrat atau kegigihan mereka mudah sekali pudar, sehingga mereka dengan mudah mengubah impian mereka menjadi sangat sederhana. Padahal, impian yang besar mempunyai kekuatan yang besar pula. Orang-orang yang berhasil mencatat nama dalam sejarah rata-rata mempunyai ciri khas yaitu selalu mampu memperbarui impian mereka.
Impian Merupakan Sumber Motivasi
Impian akan mempengaruhi pikiran bawah sadar. Misalnya kita memimpikan sebuah kamera merek A, maka kita menjadi lebih jeli memperhatikan benda tersebut. Tantangan berat yang harus dihadapi bukan sesuatu yang berarti jika impian sudah menjadi nafas kita. “It may be that those who do most, dream most, - Mereka mengerjakan sesuatu dengan giat, sebab mereka sangat memimpikannya,” kata Stephen Butler Leacock.
Bahkan impian dapat menjamin keberhasilan, karena senantiasa menjadi sumber motivasi hingga mencapai tujuan atau menggapai tujuan selanjutnya. Dorongan motivasi itulah yang akan menggerakkan tubuh dan mengatur strategi yang harus ditempuh, misalnya bagaimana mencari informasi dan menjalin komunikasi maupun bekerjasama dengan orang lain.
Nelson Mandela, sebelum menjadi Presiden Afrika Selatan, ia harus berjuang untuk sebuah impian negara Afrika Selatan yang berdaulat. Untuk itu ia menghadapi tantangan teramat berat. Impian selalu memotivasi Nelson Mandela untuk tetap berjuang, meskipun ia harus merelakan sebagian besar waktunya dibalik terali besi. Impian merupakan sumber semangat bagi Nelson, hingga Afrika Selatan benar-benar merdeka.
Sebenarnya, kitapun dapat memperbarui nilai dan menyempurnakan jati diri dengan kekuatan impian. Jadi jangan takut untuk bermimpi akan hal-hal yang besar, sebab impian menimbulkan hasrat yang kuat untuk meraihnya. Impian mampu berperan sebagai sumber motivasi, yang membangkitkan ambisi dan optimisme, sehingga kita mampu melampaui semua rintangan dan kesulitan.
30. KEKUATAN NETWORKING
“No bird soars too high if he soars with his own wings. – Tidak ada burung terbang terlalu tinggi bila ia terbang dengan sayap-sayapnya sendiri.”~ William Blake
Kurang lebih William Blake mengungkapkan bahwa setiap mahkluk di dunia ini memerlukan satu sama lain untuk dapat berprestasi dan hidup bahagia. Meskipun kita berada di era modern, dimana segala sesuatu dapat dikendalikan dengan tehnologi mutakhir, tetapi kesuksesan berprestasi dan kebahagiaan kita masih sangat bergantung terhadap keberhasilan menciptakan networking.
Dalam dunia usaha lazim dikatakan kita tidak bekerja jika tidak membangun networking atau hubungan sosial. Dengan kata lain menjalin hubungan sosial dengan siapa pun menjadi bagian penting dalam segala aktivitas kehidupan, entah pada saat kita di tempat kerja, di rumah, lingkungan rumah, tempat umum dan perbelanjaan dan lain sebagainya. Apa sebenarnya arti networking sehingga berdampak sangat besar terhadap kehidupan kita?
Networking adalah membangun hubungan dengan orang lain atau organisasi yang berpengaruh terhadap kesuksesan pofesional maupun personal. Karena networking lebih dari sekadar berkenalan, melainkan berbagi potensi dan informasi, mendapatkan integritas dan mempengaruhi, dan menciptakan visi yang mengarahkan kemampuan masing-masing individu untuk melakukan sesuatu terhadap orang lain.
Pengertian tersebut tak berbeda dengan pendapat Dr. Frank Minirth dalam bukunya berjudul You Can. Ia mengungkapkan bahwa networking adalah seni berkomunikasi satu sama lain, berbagi ide, informasi dan sumberdaya untuk meraih kesuksesan individu ataupun kelompok. “Networking is a process of getting together to get ahead. It is the building of mutually beneficial relationship. – Networking adalah proses kebersamaan. Selain itu networking merupakan jalinan hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan,” tandasnya. Secara garis besar dalam membangun networking haruslah berlandaskan prinsip saling menguntungkan dan komunikasi dua arah.
Bila banyak orang merasa kurang berhasil membangun networking karena mereka hanya berkenalan atau bertukar kartu nama. Setelah tiba di rumah, kartu nama itu hanya memenuhi laci meja kerja dan sulit mengingat lagi siapa mereka. Sedangkan membangun kekuatan networking hanya bisa dikerjakan dengan cara yang terorganisasi. Saya akan menguraikan beberapa tips keberhasilan membangun kekuatan networking.
Langkah pertama adalah menanamkan pola pikir yang didasari rasa cinta terhadap orang lain. Pada kenyataannya orang-orang lebih senang membicarakan tentang diri mereka sendiri. Mereka akan selalu berpikir, “Apa yang bisa saya peroleh?” atau “Apa keuntungan percakapan ini untuk diri saya sendiri?” Bila kita mampu menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang mereka pikirkan ataupun katakan, maka kita akan mendapatkan banyak keuntungan.
Keuntungan pertama kita akan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam kesempatan pertemuan singkat tersebut, misalnya informasi tentang anak-anak, usaha mereka atau hobi yang sedang mereka jalankan saat ini. Informasi lebih banyak tentang diri pribadi mereka sangat penting guna memberikan perlakuan yang paling tepat, di sisi lain mereka juga pasti terkesan pada diri kita. Tetapi mungkin orang lain enggan bercerita jika kita tidak menunjukkan sikap dari keinginan yang tulus. Jadi kita harus bersikap sebaik mungkin tanpa unsur dibuat-buat.
31. LIMA JURUS PENGENDALIAN DIRI
Baru-baru ini saya mendapat email dari seorang pembaca buku, sebut saja Pak Anton, yang menanyakan cara untuk mengendalikan pikiran. Pak Anton merasa selama ini bukannya ia yang mengendalikan pikirannya, namun pikirannyalah yang mengendalikan dirinya. Saat ingin berpikir positif.. eh.. yang muncul malah pikiran yang negatif. Di lain kesempatan, menurut Pak Anton, ia sulit mengendalikan dirinya dari dorongan keinginan, yang ia tahu tidak seharusnya ia turuti.
Misalnya, Pak Anton ini baru makan. Saat ditawari kawannya makan, ia menerima tawaran itu dan ikut makan bersama kawannya. Di lain kesempatan, saat badannya lagi capek, habis bekerja seharian, ia diajak kawannya dugem. Lha, kok ya dituruti ajakan ini. Padahal Pak Anton tahu tubuhnya butuh istirahat. Dan benar, karena kurang istirahat Pak Anton jatuh sakit.
“Bagaimana ya Pak cara untuk bisa mengendalikan diri saya? Saya tahu apa yang harus saya lakukan, namun ada bagian lain dari diri saya yang mendorong-dorong saya untuk melakukan hal yang tidak ingin saya lakukan. Seringkali saya merasa ada konflik dalam diri saya. Dan, yang menang adalah bagian yang mendorong saya melakukan hal yang sebenarnya, menurut saya, tidak perlu saya lakukan. Setelah melakukannya saya merasa menyesal, bersalah, dan jengkel pada diri saya,” keluh Pak Anton pada saya.
Pembaca, apa yang dialami Pak Anton ini sangat lumrah kita alami. Setiap hari pasti ada konflik kecil dalam diri kita. Bahkan, untuk urusan bangun tidur saja kita sudah mengalami konflik diri, ada satu bagian yang berkata, ”Hei... sudah pagi nih. Sudah waktunya bangun. Siap-siap ke kantor.” Dan, bagian yang satu lagi berkata, ”Nggak perlu bangun sekarang. Lima menit lagi lah. Kan tadi malam kamu tidurnya cukup larut malam. Kalau ditambah lima menit kan nggak apa-apa, toh?”
Anda pernah mengalami hal seperti ini?
Lima jurus yang saya jelaskan di artikel ini berguna sebagai strategi untuk mengendalikan diri dalam berbagai aspek kehidupan. Jurus ini bisa Anda terapkan untuk apa saja, yang berurusan dengan pengendalian diri.
Ok, sekarang mari kita bahas masing-masing jurus. Anda bisa menggunakan setiap jurus ini, secara terpisah, berdiri sendiri saat Anda mencoba mengendalikan diri, atau bisa beberapa jurus secara bersamaan.
Jurus pertama adalah mengendalikan diri dengan menggunakan prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan kemoralan, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak melakukan tindakan asusila. Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, coba larikan ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Misalnya kita mendapat kesempatan untuk mendapat untung dengan cara yang tidak wajar. Bahasa yang lebih langsung adalah kesempatan untuk korupsi. Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita dapat mengacu pada prinsip moral di atas. Agama mengajarkan kita untuk tidak mencuri atau mengambil barang yang bukan milik kita, tanpa seijin pemiliknya. Kalau kita teguh dengan prinsip moral ini maka kita tidak akan mau korupsi. Korupsi itu dosa. Korupsi itu karma buruk. Bisa masuk neraka, lho. Jurus kedua pengendalian diri adalah dengan menggunakan kesadaran. Kita sadar saat suatu bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul. Dengan demikian mereka langsung lumpuh dan dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Misalnya, seseorang menghina atau menyinggung kita. Kita marah. Nah, kalau kita tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi marah ini muncul. Kita akan tahu saat emosi ini mulai mencengkeram dan menguasai diri kita. Kita tahu saat kita akan melakukan tindakan ”bodoh” yang seharusnya tidak kita lakukan.
32. Manusia Guru
Di sekolah kehidupan bernama Indonesia ini saya belajar bahwa, barang langka adalah barang yang susah dicari. Binatang langka adalah binatang yang nyaris punah dari muka bumi. Dan manusia langka adalah manusia yang susah dicari bandingannya dalam masyarakat. Ia [mereka] ada dan dirasakan kehadirannya oleh banyak orang. Namun, jumlahnya yang begitu sedikit, membuat mereka bisa dihitung dengan jari tangan.
Manusia langka selalu unik dan otentik. Dan keunikan serta keotentikan dirinya bukanlah terutama karena soal-soal tampilan fisik yang nampak ––meski terkadang soal penampilan fisik mempertegas keunikan mereka di masyarakat–– melainkan lebih bertalian dengan sikap hidup dan cara pandang yang terpuji dan teruji secara konsisten.
Ada banyak cara dan ukuran yang bisa digunakan untuk mengelompokkan manusia langka di negeri bernama Indonesia ini. Namun, hemat saya, kelompok manusia yang dikenal karena kejujuran, kesederhanaan, keberanian, dan integritas pribadinya adalah jenis kelompok yang paling langka di tanah air kita. Begitu langkanya, sehingga terkadang saya amat sangat ragu apakah manusia dengan empat karakteristik semacam itu masih ada di sekitar kita. Orang kaya, banyak. Orang miskin, lebih banyak. Pejabat publik, banyak. Yang berminat menjadi pejabat publik, lebih banyak lagi. Pemimpin formal, pemimpin informal, juga banyak. Para direktur, banyak. Para pegawai, lebih banyak. Orang yang sudah menikah, banyak. Dan yang belum menikah, lebih banyak. Orang yang bergelar, banyak. Yang tidak bergelar, lebih banyak. Dan seterusnya. Namun, begitu kriteria jujur, sederhana, berani, dan punya integritas dimasukkan, maka yang banyak-banyak itu saling berguguran satu per satu, nyaris tak bersisa.
Jumlah manusia Indonesia yang jujur, sederhana, berani, dan punya integritas memang amat sangat langka. Dan dari jumlah yang sudah amat sangat sedikit itu, belum lama ini kita harus merelakan dua di antaranya kembali kepangkuan ilahi. Mochtar Lubis [19..-2004] dan Hoegeng Iman Santoso [1921-2004] telah dipanggil Tuhan.
Untuk mengenang Mochtar Lubis, seorang penyair, Agus R. Sarjono, belum lama ini menulis artikel berjudul Integritas. Tulisan tersebut menjelaskan makna integritas in action, dalam sepak terjang Mochtar Lubis, sastrawan yang dikenal sebagai pendiri harian Indonesia raya, perintis dan pemrakarsa Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, pendiri majalah sastra Horison, pendiri penerbit Obor, dan seabrek kegiatan lain yang bertalian dengan usaha-usaha membangun demokrasi di Indonesia. Dan dengan cara itu penulisnya mengingatkan saya bahwa, ketika kita memiliki model, contoh, teladan, atau panutan yang jelas mengenai sosok manusia Indonesia yang jujur, sederhana, berani, dan punya integritas tinggi, maka kita tidak memerlukan kamus atau penjelasan lebih jauh mengenai makna kata-kata tersebut.
Agus R. Sarjono menulis, antara lain:
… Salah seorang putra terbaiknya ––Mochtar Lubis–– telah pergi, dan bersamanya nyaris pergi pula sesuatu yang makin langka ––bahkan nyaris mustahil–– bagi Indonesia, yakni: Integritas. Mochtar Lubis, sastrawan lembut hati berkepala besi itu, pergi tepat tangal 1 Juli 2004 ini. Ia pernah menghebohkan Indonesia dengan ceramahnya di Taman Ismail Marzuki ––yang kemudian dibukukan—berjudul Manusia Indonesia.
Sebagai jurnalis, dialah sosok pejuang kebebasan pers yang tak bisa diragukan lagi. Korannya, Indonesia Raya, adalah Koran yang mengawinkan idealisme pers dengan industri pers. Namun, manakala kepentingan industri dan kepentingan ideal bertabrakan, Mochtar Lubis dengan tegar memilih idealisme. Korannya dibredel dan Mochtar Lubis dikirim ke penjara oleh dua rezim sekaligus: Orde Lama dan Orde Baru. …
33. MASA DEPAN ADA DI MASA LALU
Saya pernah membaca kalimat motivasi: “Your past doesn’t equal your future” atau “Masa lalu Anda tidak sama dengan masa depan Anda”. Maksud dari pernyataan ini adalah apa pun yang terjadi di masa lalu kita tidak menentukan masa depan kita.
Benarkah demikian?
Dulu saya menerima sepenuhnya pernyataan di atas. Dengan kata lain saya hakulyakin bahwa penyataan ini benar-benar benar. Namun, sekarang saya justru berpikir sebaliknya. Saat ini, saya tahu bahwa masa lalu sama dengan masa depan atau masa depan ada di masa lalu.
Nah, bingung, kan? Kesimpulan ini saya dapatkan setelah memikirkan secara mendalam berbagai kasus yang pernah saya tangani dan juga pengalaman hidup serta perubahan yang terjadi pada begitu banyak alumnus pelatihan Supercamp Becoming a Money Magnet dan The Secret of Mindset yang saya selenggarakan.
Ceritanya begini. Jika masa lalu tidak sama dengan masa depan, lalu mengapa ada begitu banyak orang yang sulit mencapai impian mereka? Mengapa mereka, yang telah berusaha sedemikian keras alias melakukan massive action melakukan sangat banyak upaya, membaca banyak buku sukses, ikut berbagai pelatihan pengembangan diri, masih saja tetap sulit berhasil? Sebaliknya, mengapa ada orang yang tidak perlu membaca buku, tidak usah dengar kaset motivasi, nggak pernah ke berbagai seminar, dan hanya dengan upaya yang sedikit, eh… mudah sekali mencapai sukses yang mereka inginkan.
Dari hasil perenungan saya akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa masa lalu seseorang sama dengan masa depan mereka. Jika tetap berpegang teguh pada pernyataan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan maka kalimat ini perlu sedikit dimodifikasi.
Saya akhirnya menambahkannya menjadi, “Masa lalu tidak sama dengan masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak dengan prinsip kekinian.”
Lha, kamsud… eh.. maksudnya apa lagi nih?
Maksudnya begini. Dari berbagai kasus yang saya telaah, saya menemukan bahwa hampir semua tindakan kita, saat ini, dipengaruhi oleh kesimpulan akibat pembelajaran berdasar pengalaman hidup kita di masa lalu, baik itu pengalaman positif maupun pengalaman negatif. Dengan kata lain, selama kita tidak mengembangkan kesadaran diri untuk bisa berpikir dengan prinsip kekinian maka kita akan selalu beroperasi dengan “automatic pilot”. Sebenarnya di dalam pikiran kita tidak mengenal masa lalu maupun masa depan. Yang ada hanyalah masa sekarang.
Saya akan berikan contoh agar bisa lebih jelas.
Baru-baru ini saya menangani mahasiswa dari Yogyakarta yang putus kuliah. Ia bercerita bahwa ia tidak bisa berbicara di depan umum. Jika diminta bicara di depan orang banyak maka ia selalu merasa takut, tidak berdaya, jantung berdebar, muka pucat, keringat dingin, dan tidak tahu apa yang harus diucapkan.
Dari mana ia belajar respon seperti ini? Sudah tentu dari masa lalunya. Di masa lalu, saat ia masih SD ternyata ia pernah dipermalukan di depan kelas saat diminta membaca puisi. Pengalaman traumatik ini yang akhirnya membuat ia seperti sekarang ini.
34. MELAKSANAKAN, TIDAK HANYA SEKADAR MENGETAHUI DAN MENGERTI
“In life, lots of people know what to do, but few people actually do what they know. Knowing is not enough! You must take action. – Dalam kehidupan ini, mayoritas manusia mengerti apa yang harus dilakukan, tetapi hanya sebagian kecil yang melaksanakan apa yang mesti mereka lakukan. Mengerti saja tak cukup! Anda harus melakukan tindakan nyata.” ~ Anthony Robbins
Fenomena dalam kehidupan sehari-hari memang sangat sering kita jumpai orang-orang yang cukup mengerti dan memahami tentang nilai-nilai moralitas, spiritual, teori tentang membangun kesuksesan, keluarga yang bahagia dan lain sebagainya. Mereka pun terdiri dari orang-orang yang cukup berpendidikan atau menguasai teorinya secara mendalam. Sebagian di antara mereka bahkan sengaja menghabiskan cukup banyak waktu dan uang untuk memahami konteks tersebut lewat seminar, diskusi, dan lain sebagainya.
Teori tentang nilai-nilai moralitas, spiritual, membangun kesuksesan, keluarga yang bahagia, kesehatan yang prima dan lain sebagainya itu pun sudah dikenal secara luas oleh masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Olah raga, hidup bersih dan sehat, jujur, berpikir positif, visualisasi, afirmasi dan lain sebagainya pun telah dikenal cukup efektif untuk mewujudkan konsep-konsep ideal tersebut. Tetapi hanya sebagian kecil di antara kita yang berhasil mewujudkan konsep-konsep ideal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dikarenakan ide-ide cemerlang tersebut hanya ada di kepala, atau belum benar-benar tercermin dalam tindakan sehari-hari.
Dalam sebuah forum yang diselenggarakan di Beijing tahun 2004, salah seorang CEO dari perusahaan besar di Cina bertanya, “Sebenarnya pengetahuan kita tak jauh berbeda. Tetapi mengapa tingkat perbedaan hasilnya jauh berbeda?”
Jack Welch, sang pembicara, langsung menjawab. “Karena kalian masih berada pada tahap mengetahui. Sedangkan kami sudah melaksanakannnya,” tegas Jack. Ia menandaskan bahwa yang terpenting bukanlah apa yang kita ketahui dan pahami. Sebab seberapa baik pengetahuan maupun kecerdasan yang kita miliki tidak akan memberikan cukup manfaat, bila kita tidak mampu merealisasikan kedalam tindakan-tindakan nyata.
Contohnya saja kemampuan para tokoh masyarakat yang cerdas dan luwes, para tokoh agama maupun politik yang berpenampilan begitu teduh dan menawan bahkan para artis ternama yang selalu tampil menarik dan sukses. Pengetahuan, kecerdasan dan kemampuan mereka begitu memukau. Tetapi semuanya menimbulkan kekecewaan rakyat atau bahkan bencana, sebab di balik kelembutan, keteduhan dan gemerlap itu ternyata mereka hanya sibuk korupsi, memperkaya diri sendiri dan sama sekali tidak peduli apalagi memberi perhatian terhadap nasib rakyat miskin.
Semua itu adalah cermin bagi kita bahwa kualitas tindakan dan kedisiplinan jauh lebih bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain. Tindakan nyata tentu memberikan kesan lebih mendalam dibandingkan dengan sekedar keluwesan penampilan, ucapan, kecerdasan, dan lain sebagainya. “Action speaks louder than words. People may doubt what you say, but they will believe what you do. Tindakan berbicara lebih keras dibandingkan kata-kata. Orang-orang mungkin menyangsikan apa yang Anda katakan, tetapi mereka pasti percaya pada apa yang Anda kerjakan,” ungkap Lewis Cass.
35. MEMANFAATKAN WAKTU DENGAN TEPAT MENCEGAH PENYESALAN
“Things which matter most must never be at the mercy of things which matter least. – Sesuatu yang paling penting tidak akan pernah sama nilainya dengan sesuatu yang tidak terlalu penting.” ~ Goethe
Kita semua diberi anugrah oleh Tuhan YME berupa waktu yang sudah ditentukan lama dan tidaknya. Jatah waktu yang kita miliki tak dapat ditambah atau dikurangi. Tetapi yang menjadi persoalan bukan lama atau tidaknya kesempatan waktu yang kita miliki, melainkan seberapa pandai kita menggunakan waktu tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain dan alam semesta.
Waktu adalah anugrah yang sangat berharga, jauh lebih bernilai dibandingkan materi sebesar apa pun. Demikian pentingnya waktu yang tak lain adalah nasib dan kehidupan kita sendiri. Bila kita menyia-nyiakan waktu, sama seperti kita mematikan masa depan dan membunuh diri kita secara perlahan. Oleh sebab itu manfaatkanlah waktu hanya untuk tujuan-tujuan yang positif.
Sudah banyak contoh orang-orang yang hanya dapat menyesali masa tua karena sebelumnya tidak menggunakan waktu untuk tujuan-tujuan yang positif. Berdasarkan survei (tahun 2006) terhadap warga Belgia yang berusia di atas 60 tahun diperoleh informasi bahwa hampir semua manula tersebut menyesali telah mengabaikan masa muda mereka. Berdasarkan persentase dapat kita lihat:
• 72 % - menyesal karena kurang bekerja keras sewaktu masih muda.• 67 % - menyesal karena salah memilih profesi atau karier.• 63 % - menyesal karena kurang waktu mendidik anak mereka atau menggunakan pola didik yang salah.• 58% - menyesal karena kurang berolahraga dan menjaga kesehatan.• 11% - menyesal karena tidak memiliki cukup uang.
Beberapa waktu yang lalu kami mengunjungi sebuah panti jompo di Surabaya yang dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Kami datang untuk sekedar berbagi dengan manula tunawisma tersebut. Terbersit iba sekaligus tanda tanya besar, “Sebenarnya apa yang sudah mereka lakukan di masa muda dulu. Mengapa mereka tidak mempersiapkan masa tua?”
Bagi kami, keadaan mereka menjadi peringatan bahwa waktu tidak dapat diputar mundur. Bila kita sudah renta dan tak berdaya, tak ada yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan. Maka kita harus mempersiapkan segalanya sedari sekarang, selama kita masih sehat dan memiliki banyak kesempatan dan waktu.
Seperti diketahui bahwa manusia terdiri dari unsur materi dan rohani dengan komposisi yang seimbang. Maka kita harus dapat membagi waktu secara proporsional untuk memenuhi kodrat kita yang terdiri dari kedua unsur tersebut. Berikut ini beberapa aktivitas penting yang harus kita lakukan dalam menggapai keseimbangan tersebut.
36. MEMBANGUN BUDAYA POSITIF
“A great civilization is not conquered from without until it has destroyed itself from within. – Sebuah bangsa yang agung tidak dapat terkalahkan kecuali diakibatkan budaya-budaya di dalam masyarakat itu sendiri.” ~ Will Durant
Budaya adalah sesuatu yang mempengaruhi pola kehidupan sekaligus dipengaruhi dinamika masyarakatnya. Sehingga perubahan budaya itu sendiri bersifat statis atau tak dapat kita elakkan. Salah satu contohnya adalah budaya Republik Rakyat Tiongkok yang sudah ikut mewarnai kehidupan dan budaya bangsa Indonesia.
Hal itu dikemukakan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara Malam Peringatan 50 Tahun Kerjasama Kebudayaan RI dan RRT. Kebetulan saya menjadi salah seorang tamu undangan pada acara yang diselenggarakan pada tanggal 28 Februari 2007 lalu. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa selama ini telah terjalin komunikasi lintas etnis antara bangsa Indonesia dan Tionghoa dan sudah mempengaruhi budaya bangsa Indonesia.
Dalam acara pertunjukan budaya yang dimeriahkan oleh artis-artis RRT dan Indonesia serta dihadiri sejumlah pejabat negara dan sekitar 5.000 orang itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan tegas menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah terbuka dan mampu menyesuaikan diri lewat komunikasi budaya. Pemerintah RI pun mendukung perubahan tersebut, salah satunya adalah menetapkan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional.
Berbicara tentang ragam budaya yang dinamis dan saling mempengaruhi, sesungguhnya yang terpenting bagi kita adalah mengambil nilai positif dari pengaruh budaya yang ada, terutama di tengah gencarnya pengaruh gaya hidup modern di era globalisasi ini. Sebagaimana seorang ahli sejarah, yaitu Will Durant, menyebutkan bahwa sebuah bangsa yang agung sekalipun dapat hancur akibat budaya bangsa itu sendiri. Sehingga kita harus pandai menyeleksi apakah budaya yang masuk itu menjadikan kita lebih maju ataukah tidak.
Salah satu faktor yang harus kita perhatikan apakah nilai-nilai budaya tersebut membuat kita mampu bersikap saling menghargai? Karena budaya sikap yang membeda-bedakan berdasarkan status, jabatan, pendidikan dan lain sebagainya menjadikan kita sulit mencapai kemajuan. “The way you give your name to others is a measure of how much you like and respect yourself. – Cara Anda menghargai orang lain merupakan tolok ukur seberapa besar cinta dan penghargaan Anda terhadap diri sendiri,” kata Brian Tracy. Sikap saling menghargai memungkinkan kita dapat mengesampingkan perbedaan dan sama-sama aktif mengembangkan diri, berkreasi, berinovasi dan mencapai kemandirian.
Selain itu kita dapat melihat kemajuan pesat yang dicapai bangsa Jepang dalam waktu relatif singkat. Salah satu faktor yang menstimulasi kemajuan tersebut adalah kerja keras bangsa Jepang sendiri. Sedangkan mekanisme di negara tersebut bersifat mendukung dan menghargai kerja keras seseorang. Kita pun kemungkinan besar dapat mencapai kemajuan dalam kurun waktu yang cukup cepat jika kita berusaha menyerap dan menerapkan budaya sikap aktif dan kerja keras seperti yang dilakukan oleh bangsa Jepang.
Minggu, 07 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kok Rapid Test Bayar?
Kok Rapid Test Bayar? Ada hal yang membuat saya sedikit heran akhir-akhir ini, yakni soal rapid test. Logika saya sederhana? Mengapa kit...
-
Ideal Partner in The Turbulent World Talking about ideal partner is closely linked with subjective feeling. It depends on perception which i...
-
Memperingati hari anti-korupsi, sy menemukan file video lama yg ternyata meninggalkan value dan spirit anti-korupsi. Sedikit cerita soa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar